Senin, 30 Desember 2013

Yang Terjadi di Hari Minggu di Penghujung Tahun

Minggu.
29 Desember 2013

Tidak ada yang berbeda dengan hari Minggu sebelumnya. Kecuali cuaca cerah dengan matahari yang masih setia menyinari bulan Desember yang seharusnya dirundung hujan. Ah, mungkin pemikiran seperti inilah yang memulai semuanya.

Pagi hari sebelum berangkat ke tempat kerja--libur kerja hari Senin-- Ibu menyuruh untuk tidak mengendarai motor sendiri dan meminta Adik untuk mengantar. "Hari ini jangan bawa motor. Minta Widi buat ngantar dan nanti jemput waktu pulang," pesan Ibu.

Tapi, apa mau dikata ketika mau berangkat kerja ternyata sang Adik sudah menghilang. Dengan sedikit kesal akhirnya berangkat sendiri ke tempat kerja dan mengendarai motor sendiri. Entah mengapa, hari ini sengaja tidak pakai helm padahal biasanya selalu pakai helm putih kesayangan. Jarak rumah ke tempat kerja hanya 5 menit kalau naik motor, jadi nggak masalah kalau tidak berhelm. Seharusnya sih.

Semuanya dimulai ketika mau belok kanan dan nyebrang untuk masuk ke tempat kerja. Tapi, tiba-tiba saja ada motor yang nyruduk dari belakang dan nabrak setirku yang memang sudah miring ke arah kanan. Saat itu yang kuingat hanya suara benturan keras dan aku yang sudah terduduk. Dan, kepala kananku yang sakitnya minta ampun.

Masih agak bingung dengan apa yang kutabrak, ada orang yang mengulurkan tangan untuk membantu berdiri. Nggak tahu juga apa yang salah tapi rasanya ada yang menjungkir-balikkan kepalaku, secara refleks tangan mencengkeram erat yang ada di sampingku karena aku takut jatuh. Begitu membuka mata, aku sudah duduk di bale-bale yang ada di teras tempat kerja. Tadi siapa yang sudah membopong aku ya?

Kepala masih berputar-putar, aku sudah dikerubungi banyak orang. Ah, ada si Nenek di rumah sebelah juga tanya apa aku baik-baik saja. Ada bapak-bapak yang nyodorin sebotol Aqua satu liter dan maksain biar aku minum. Pelan-pelan minum seteguk dan langsung naruh botol itu di samping badan sambil masih bingung dengan pertanyaan orang-orang. Nggak sadar juga kalau dari tadi aku cuma ngucapin, "nggak apa-apa, saya nggak apa-apa."

Begitu orang-orang ngecek kalau luka-luka yang kudapat cuma lecet di telapak tangan kanan dan pergelangan kaki kanan, mereka mulai pergi. Syukurlah. Pusing ndengerin mereka bertanya apa yang terjadi padahal aku nggak ingat juga tadi kenapa ya?

Ada seorang bapak-bapak yang tanya terus apa aku baik-baik saja, sepertinya orang itu yang nabrak aku tadi. Tiba-tiba saja dia megang tangan kiriku dan naruh selembar uang 50 ribuan sambil berkata, "ini untuk pijat ya, mbak."

"Hah?" Otak masih nggak ngerti.

"Rumahku di kampung blablabla, ....mbaknya blablabla....blablabla...." Orang ini ngomong apa sih?

Akhirnya orang itu pergi dan tempat kerjaku kembali sepi. Teman satu kerjaanku langsung nyodorin betadine dan plester. Dengan agak pincang dan masih mencoba mengingat-ngingat apa yang terjadi, aku pergi ke kamar mandi buat nyuci tangan dan kakiku yang lecet. Perih juga sewaktu kukasih betadine. Oke. Dan perutku mual.

"Kamu pulang aja, Hen."

Pulang? Dan membuat kehebohan berlebih di rumah? Oh, no!

"Nggak."

Benar saja, hari ini super sibuk di tempat kerja. Lebih baik berada di tempat kerja saja. Toh aku juga nggak kenapa-kenapa. Aku bahkan nggak gemetaran sama sekali. Tapi sepertinya pucat soalnya tadi orang-orang ngelihat mukaku dengan ekspresi yang aneh.

Empat puluh menit kemudian, menatap kosong layar komputer dan ngirim pesan ke Angel. Call me.
Yep, Angel nelpon. Cerita ke dia kalau tadi aku habis kecelakaan dan mulai histeris, bahkan pakai nangis segala. Kaget yang telat. Shocked yang telat juga.

Tapi, rekan kerja masuk ruangan dan bilang orang yang kemarin janjian buat mendonasikan majalah sudah datang. Langsung saja motong pembicaraan dengan si Angel. Bilang nggak apa-apa dan langsung berhenti nangis. Menemui pak Benny dan mengurus semua prosedurnya. Walaupun masih mikir kenapa otakku lambat sekali? Untuk mengetik blangko surat saja seperti berasa slowmo dan nggak selesai-selesai. Mendengarkan cerita pak Benny juga sedikit kesusahan. Mendengar dengan jelas sih ucapannya beliau tapi kenapa sepertinya otak susah memahami. What's wrong with my head?

Ternyata selain sulit memahami ucapan orang-orang di sekitar, mengerti beberapa pesan yang masuk di hape juga susah. Baiklah, pesan-pesan itu bisa diurus nanti saja. Kalau sudah di rumah.

Seharian berjuang keras melawan rasa sakit di kepala yang benjol. Bersyukur juga karena si Angel dan salah satu teman di wa ngajak ngobrol dikit. Lumayanlah untuk membantu melupakan rasa sakit. Tapi obrolan pendek dengan si Angel cukup membuat sedih juga. Kenapa kami harus membahas lagu Find the Way-nya Mika Nakashima? Haduh. Kepala tambah pusing.

Sorenya, pulang ke rumah juga sebuah perjuangan yang lain. Motor baik-baik saja. Pengendaranya saja yang lecet-lecet. dikit.

Sampai di rumah, orang-orang belum pulang. Thanks, God!
Langsung tidur. Tapi, kepala tidak bisa diajak miring ke kanan. Sakit. tidur terlentang juga tidak bisa karena kepala yang benjol juga tertekan. Akhirnya cuma bisa miring ke kiri. Mencoba tidur dengan susah payah.

Begitu ortu ada di rumah, Ibu-lah yang langsung heboh. Rentetan pertanyaan yang nggak ada ujungnya itu benar-benar menyiksa.

Yes, I'm fine.
No, no need to go to a doctor.
It's just a bump.
(A nasty bump on my head)

"Tadi pagi sudah dibilangin jangan bawa motor sendiri. Kenapa nggak diantar Widi?"
"Widi ilang."
"Seharian tadi perasaan nggak enak dan nggak tenang. Kamu itu bisa-bisanya..."
"Nggak apa-apa kok."

Hm. Firasat Ibu.

Malamnya, mencoba beristirahat itu ternyata susah ya?

Badan sakit semua tapi kenapa tidak bisa tidur? Membaca buku mungkin bisa membantu dan yang ada di depan mata adalah bukunya Karen Amstrong, Sejarah Tuhan. Haha.

"Kultur ilmiah mendidik manusia modern untuk hanya memerhatikan dunia fisik dan material. Akibatnya, manusiakehilangan kepekaan akan 'spiritual' atau 'suci'. Gudnite."

Sms yang dibagi ke beberapa teman karena kalau menemukan sesuatu yang menarik itu harus dibagi.
Jawaban 1: *aku disuruh tidur*
Jawaban 2: ucapan selamat malam juga.
Jawaban 3: Are u BUDHA? U TEXT ME?!

"Noph, i have a bump on my head and im trying to read a book, okay?"

Harus tidur. Hal itulah yang dilakukan. Sekalipun mengerang dan merintih kesakitan setiap mencoba mencari posisi yang nyaman di atas kasur. Tidak bisa tidur nyenyak sepanjang malam karena salah pindah posisi dan kepala akan terasa nyeri. Seharusnya aku pergi ke dokter, mungkin aku akan diberi obat penghilang rasa sakit. Tapi, ya sudahlah, Aku baik-baik saja kok.

Paginya, bangun tidur dengan badan serasa seperti terlepas satu per satu. Kepala masih sakit. My beloved bump still on my head. Lengan kanan nyeri. Leher kiri tidak bisa digerakkan. Tulang rusuk kanan sakit. Dan menemukan beberapa luka lain di paha dan perut. Baguslah.

Dan, menemukan beberapa sms yang masuk ketika aku sedang tidur.

Jadi, apa pelajaran yang bisa dipetik dari peristiwa ini?
1. Jangan lupa berdoa, Hen. Kamu lupa bersyukur.
2. Dengarkan ucapan Ibu ya.

Satu lagi. Tidak tahu kan kalau aku bisa ngobrol, kerja dan mendengarkan orang-orang sekalipun aku habis ditabrak motor?

(Okay, I'm enjoying my rest time now.)
Bye.


4 komentar:

  1. ohhh ternyata emang mari tibo? wes gapopo kah? gpp jelas e y buktie wez iso nulis post iki hihhihihihihi . . . wez kerjo rung? nek durung, tasambangi ^^

    BalasHapus
  2. Aku gpp, mba El.
    pas mari ketabrak encen gpp, efek'e baru muncul pas 24jam wes lewat. Iyo...aku lemot.
    jare dokter aku gpp, jd, no need to worry.

    Thanks, mba El :)

    BalasHapus